Minggu, 06 Desember 2015

Wans Sabang : TOILET



TOILET
#1
Malam aku tidur di televisi. Mengunyah bibirmu, dadamu, pahamu, Mencernanya dalam usus besar. Meremukkannya dalam usus halus. Menjadikannya remah remeh kenangan bercampur gas amoniak. Karena pagi telah menunggu rindu liang tubuhmu.

Tiap malam aku tak nyenyak, maka biarkan aku tidur sesaat di liang tubuhmu. Menikmati saat-saat pangeran kecilku menjadi raja. Berkuasa di ruang tiga kali tiga meter. Sebelum hidup begitu bergegas dan sangat tergesa. Seperti pangeran kecilku yang terus berontak meronta, tak betah.

"Pangeran kecilku yang asu, hidup memanglah lautan tapi engkau tak perlu ikut menjadi amuk ombak  yang  mengoyak celana dalamku, merobek celana dalammu, menoreh celana dalam kita."
2015
#2
Tiap pagi aku tetap rindu walau engkau tak menyeduhkan kopi atau teh. Rindu duduk berlama-lama melamun, hingga tertidur diatas liang tubuhmu. Lubang yang selalu menyediakan ruang pembuangan atas segala sejarah, kenangan dan kesia-siaan mungkin juga ketergesahan hari-hari kemarin.

Ketika kupandangi liang tubuhmu, sempat aku berpikir, ternyata rindu tak hanya biru atau ungu bisa juga pink seperti warna liang tubuhmu.
"Ah, andai engkau bisa ku kencani setiap malam, mungkin setiap pagi, aku tak perlu terburu-buru memburumu, merindumu, mencumbumu, toilet!"