Osratus
SEBUNGKUS PROTES REBUS
(untuk diriku)
“Hujan di
halaman hati, belum enyah
Angin
dingin, bertingkah
Nyalakan
kompor semangat, yang melemah
Cuci
dengan air kejujuran, itu kacang tanah
Rebus,
dengan api tabah
Tutup
pintu bibir, yang tergerus cas-cis-cus
Tutup
jendela otak, yang terendus akal bulus:
Bunglon,
tidak melompat ke kardus
Kadal,
tidak mengganggu bolu kukus
Anak
burung, tidak kecemplung gelas jus
Halilintar, menyambar teko egoku
Tutup
telinga tutup hati, tidak mau aku
Mungkin,
dia ingin mengatakan sesuatu
Tapi usai
berkoar, sembunyi di ketiak soreku
Kapan
kita duduk bersama, halilintarku?
Pohon
mahoni, lemas terkulai:
Penampilannya, aduhai
Kepribadiannya keropos, hanya pandai berandai
Kepadaku,
dia menyeringai
Mengapa
wajahnya mirip aku, putih teratai?
Ikan
emasku, melompat ke selokan semu
Jangan
dekati dia, dengan kepurapuraanmu
Dekati
dia, dengan tulus hatimu
Pindahkan
dia dari kolam bawah pohon bambu,
Ke danau
biru hatiku
Jemuranku
belum diangkat
Aku bukan
pengkhianat. Aku lari cepat
Menembus
hujan lebat
Napasku
tersengal dikali empat
Pakaianku, tidak lagi ada di tempat
Hatiku,
seperti bau hangus
Baik-baik
sajakah kau, kacang rebus?
Gara-gara
semua mau kuurus,
Rebus
kacang, jadi tidak fokus;
Makan
kacang rebus, pupus?”