ANAK LADANG BERKAKI BAMBU
di atas egrang membangun kaki-kaki tegar
berotot tali bambu dan rotan
ia menuruni bukit
mengejar huruf dan angka pada lembaran buku yang tak mampu ia beli
bangku sekolah yang terbuat dari kayu yang tumbuh di sisi rumahnya
hampir tak mampu ia duduki
kadang ia meluncur di atas upih menuruni bukit
berburu sajak perih di halaman sekolah
bukan ia tak mampu menghitung rupiah yang berbaris dalam lembar kertas yang ia terima dari kantor sekolahnya
ia hanya tak mampu menggenggam lembar-lembarnya
anak ladang berkaki bambu tetap ingin berlari mengejar mimpi
di antara dua bukit, 28 Desember 2015
Sebuah antologi sebagai sekumpulan puisi yang tanggap akan perilaku ‘sakarepmu dewasa ini, sehingga membuat penyair mbeling berbuat ‘sekarep-nya dalam memotret perkembangan Indonesia dewasa ini. Menutup tahun 2015 sebagai tahun-tahun pancaroba negeri puisi-puisi ‘sakarepmu dalam sekumpulan puisi yangbernama Sakkarepmu ini mewarnai khasanah sastra Indonesia.