Sabtu, 05 Desember 2015

Salim Ma'ruf: Ngawurku karena sakarepmu

Ngawurku karena sakarepmu

Ada nisan di hatimu. Cukup sudah engkau bersyair tentang panji-panji
pengikat keringat orang-orang sawah.
Kupingku sudah lelah mendengar riak simfoni cicit celurut
di lorong-lorong istana mewah lagi megah.
Dalam kemanjaan para badut meniup balon instrumental nurani,
kutemukan seekor serigala bersayap merak mengaum,
menelan naskah monolog yang dipentaskan pada bilik-bilik sunyi.
Aku lebih takjub pada aroma kentut yang bersua dengan ocehan manusia,
daripada mengangkatmu sebagai raja diraja
pada rajam kematian nyanyian gerobak Pengumpul sampah.
Duh, penghuni istana kertas, retaklah bersama kursi yang koyak dicakar-cakar kelelawar malam.
Bukan karena imajinasi liar menuntun jemari tanganku mengukir bait-bait ngawur,
bukan pula karena perut yang mengetuk dinding dompet,
melainkan sakarepmu itu, wahai baginda tong kosong.