Senin, 25 Januari 2016

Ness Kartamihardja, Kamu,Pelacur dan Polisi Tidur

Kamu,Pelacur dan Polisi Tidur
.
.
“Aku dan kamu masih kita” katamu
Kupicingkan sebelah mata
( yang sebelah lagi melotot sebundar bola )
“Kita?” bantahku.
Sedangkan aku hanya merasa aku,
tanpa kamu di dalamnya
.
Benang merah pengikat kita,
telah kalian putus - dulu sekali -
lalu sisa helaiannya
yang masih menjerat satu kakiku,
aku buang ke sumur dalam;
tempat kamu rendam setumpuk empedu
yang pahitnya tak hilang sewindu
.
“Oh, mein Got ...” , katamu lagi
bahasamu itu pinjaman dari si Arya bermuka merah,
cicitnya Mas Hitler
yang keblinger,seperti kamu
.
Betul,
kamu hanya punya got;
di belakang rumahmu itu
mampetlah pula.
Karena di sana,
kamu membuangi sampah-sampah rayuan gombal
( yang gagal )
.
...............................................
.
wanginya itu ...
membuat mabuk wanita penghuni lokalisasi,
sehingga mereka menjemur alat kelamin;
di jalan bebas hambatan.
( Lalu ditawar-tawarkan kepada Polisi Tidur,
yang sedang berbaring lelap
pada jalan raya
di depan Gedung Sekolah Dasar )
.
Anak-anak yang baru bubaran kelas
berteriak adu keras
sang Polisi tetap tidur,kali ini ditambah dengkur
mungkin dia kekenyangan
mendapat hibah rupiah,
dari para pejalan kaki
yang kena tilang
.
(mereka bersalah karena mengenakan helm
dan berjalan di atas trotoar)
.
...............................................
.
Aku dan kamu,
sudah bukan kita ...
.
.
7agustus14

Cunong Nunuk Suraja, PISANG PUISI

PISANG PUISI

Ini pisangku, mana pisangmu?
Ini puisiku, mana puisimu?
Pisangku ranum, bagaimana pisangmu?
Puisiku senyum melirik puisimu, senyumkah puisi itu?
Pisang menggoreng puisiku, puisimu menggoreng cuaca
Puisiku membeku di New York, pisangmu direbus di angkringan pojok
Pisang, puisi, kamu dan aku diam termangu
Menatap layar kaca memutih kaku

2016

Minggu, 24 Januari 2016

NYALI,Gunta Wirawan

NYALI

Nyali bukan berani
Nyali bukan kuat
Nyali bukan diri
Nyalimu adalah uang
Nyaliku, uangku
Nyali bukan nyali
Berani bukan nyali
Nyali adalah uang
Nyali bukan nyali
Nyali dalam diri
Nyali berparas uang
Pontianak, 1991.

Gunta Wirawan

DIKTE KEMAJUAN, Aberijlain Gomar Samsara

DIKTE KEMAJUAN

Di punggung Ayah yang bidang
Anak-anak berderap terburu
Peradaban zaman tekun mendikte
Di dada Ibu yang lapang
Hajat dan munajat teramini
Tangis dan ratap sang anak bertuah
Kemajuan membunuh kesabaran dan kewaspadaan
Salah bijak salah jejak
Setapak demi setapak dengan pasti
Pijak berhenti pada elegi

Jepara, 240116

Mengulum Cuka, Nunung Noor El Niel

Mengulum Cuka

wanita yang mengulum cuka
di bibir senja, menggarami aksara
dengan puisi seekor lembu
berkelamin ganda
dari perselingkuhan rahasia
di bawah kerudung cahaya
wanita itu sekedar menutup
kebinalan tertunda
sebagai wanita jablai
puisi sepi pun dibelai-belai
senja pun perlahan menyapa malam
aku perempuan berbau cerutu
mengepulkan malam dengan rayuan
dan bisikan-bisikan tajam
hingga kau mengerangkan kemunafikan
setiap desah yang kutoreh pada setiap kata
akan membuatmu terajam oleh senyum tipisku
seperti senja itu, ketika kau datang
aku membukakan pintu malam untukmu
dan menyeduhkan kopi penghangat tubuh
kita pun bersulang dan kita hirup
seluruh senja itu
sebelum kita retas di pelaminan aksara
dengan pekikkan dan desahan yang sama
Dps. 23 01 16

LEBAY, Heru Mugiarso

LEBAY

ini kisah lebay malang
dapat undangan dua teman yang tajir
satu undangan pernikahan di hotel bintang lima
satu undangan ulang tahun di kapal pesiar mewah
celakanya, hari dan jamnya sama
berangkatlah si lebay dengan tampilan perlente
namun di tengah jalan ia berubah pikiran:
ke mana dulu yang ku utamakan
undangan pernikahan atau ulang tahun?
ah aku mesti ke undangan pernikahan
pasti hidangan kulinernya mewah dan berkelas
maka diarahkan kakinya ke hotel
selang berapa saat dia tergoda:
ah tapi resepsi perkawinan kan waktunya panjang
aku bisa ke pesta ulang tahun dulu
ia lalu putar haluan ke pelabuhan
belum sampai ke pelabuhan dia ingat
pengalaman dulu kehabisan hidangan\di pesta perkawinan
maka balik lagi dia melangkah ke hotel
apa lacur
tibatiba hujan turun dengan lebatnya
Lebay kehujanan dan pakaiannya basah kuyup
Malu rasanya meneruskan niatnya
datang ke acara pesta
dengan bersumpah serapah
ia pulang ke rumah
mengubur impiannya
hadir ke pesta mewah
Begitulah dongeng tentang lebay malang
yang bangun dari tidu panjangrnya
di masa kanakkanak kita...

Hujan di Minggu Sore, L Surajiya

Hujan di Minggu Sore

hujan bersajak di pelataran
intonasi dan nadanya berimbang
dengan gurauan angin
yang bergantungan di daun-daun: basah!
aku tak mampu menatapnya
dengan mata telanjang
-terlalu lembut-
dengan segelas teh pahit
di meja kosong
aku bercanda dengan sajak-sajaknya
bergulat penuh,
menghilang, hingga mencair
terbawa ke laut
minggu sore ini
aku sempurna menjadi hujan

kulon progo, 24:01:16 15:41

Jumat, 22 Januari 2016

Puisi Favoriet Buana K.S: Dunia Kentut


Dunia Kentut

Di mallmall
Di tamantaman kota
Sampai juga ke desadesa
Kita
Telah
Dikepung
Kentut meletus
Kentut di manamana
Oi kita terjebak
Di
Dunia
Kentut

Muara Bungo, 29 November 2015

Buana K.S nama lainnya Bambang Hirawan , lahir di Air Kelinsar kabupaten Lahat Sumatera selatan pada 17 Agustus 1985, Karya puisinya tergabung dalam antologi puisi Penyair Indonesia dan mancanegara, seperti Antologi 25 Penyair Muda Nusantara “ Traktat Cinta dan Dosa Dalam Dendam” (Pena Ananda, Juli 2011). Antologi Sehimpun Puisi Generasi Kini “ Jejak Sajak” (BPSM 2012), Menguak Senyap (Rios Multicipt, Padang, 2012), Senandung Alam (LeutikaPrio, 2012), Carta Farfalla (Tuas Media, 2012), Talenta Para Pengukir Tinta Emas (Awang Awang Publishing, 2012), Antologi Puisi IGAU DANAU (Sanggar Imaji, 2012), Bilingual Poetry Anthology SPRING FIESTA “Pesta Musim Semi” (Araska Publisher, 2013, Antologi Puisi Kota Jam Gadang “Bukittinggi Ambo Di Siko (Fam Publishing, 2013), Kumpulan Puisi Penyair Indonesia MEMO UNTUK PRESIDEN (Forum Sastra Surakarta, 2014), Antologi Puisi Penyair dua kota “LACAK KENDURI” (Imaji, 2014), Antologi Puisi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibukumedia, 2015), Antologi Penyair Menolak Korupsi IV “Ensiklopegila Koruptor” (Forum Sastra Surakarta, 2015), dan Antologi Puisi Dari Negeri Poci VI “Negeri Laut”(KKK, 2015) , tinggal di Muara Bungo, Jambi.

Puisi Favoriet Fernanda Rochman Ardhana (Jember) : Sajak Penutup

Sajak Penutup

Yang mana hendak kau tutupi, Nona?
gerai rambutmu digumuli tudung
sementara kemolekan masih liar berkaca,
pada tatap-tatap kami yang sudi menelan ludah
dari montok dadamu kami mengakar tanya:
“Inikah sumber kenikmatan yang Tuhan berikan dari Surga-Nya?”
dari wangi ketiakmu kami menjerat tanya:
“Inikah kasturi yang Tuhan janjikan dari surga-Nya?”
dari warna paha betismu kami mendekap tanya:
“Inikah keindahan yang diturunkan Tuhan dari surga-Nya?”
dari semok pantatmu kami kian mencumbui tanya:
“Inikah pemuas birahi yang Tuhan sajikan dari surga-Nya?”
hanya saja kami tak dapat nikmati, dari balik tudung
rambutmu berbiak di puncak alam pikir
lurus ataukah berkelok, hingga mampu mengumbar amal
bagi kami, lelaki penuh makrifat
 
Cileunyi, 2015


Senin, 18 Januari 2016

Puisi Pilihan Sakarepmu






Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Rg Bagus Warsono

Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Lalu kotor lagi oleh keringat musim kemarau panas
Karena marah mengotori kemeja Mas Joko
Menyerap emosi menahan ejekan merk kemeja
Jadul dan bahan bekas kantong terigu
Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Tak perlu dikancing pergelangan tangan
Cukup digulung ala preman terminal
Tak usah dimasukan pinggang
Seperti anak SMA 80-an
Agar tak tahu siapa yang melawan
Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dipakai lagi setelah Bi Kuni mencuci sendiri
Ketika Bi Kuni pulang kampung
Kemeja penuh getah
Kancing lepas benang
Krah penuh daki
Kantong tersiram tinta
Terpaksa Kemeja Putih Lengan Panjang Mas Joko
Dibeli baru dari toko
Dan urusan binatu yang cuci kemeja
Disertika dengan minyak wangi pula.

Indramayu, 24-11-2015

Republik Dagelan
Slamet Widodo

Tersebutlah di Republik Dagelan
Dewan Perwakilan Rakyatnya Dagelan
seorang dengan rekam jejak yang kelam
bisa saja diangkat jadi ketua Dewan
ya .....namanya juga Republik Dagelan !
Ketua Dewan boleh menjual diri
manfaatkan jabatan tuk kepentingan diri
pelaku kejahatan dilindungi
pelapor kejahatan dihakimi
dituntut pencemaran nama baik ....masuk bui
ya....namanya juga Republik Dagelan!
Mahkamah Kehormatan Dewan
menjadi Mahkamah Kehormatan Dagelan
badan yang tugasnya menjaga kehormatan
boleh kehilangan kehormatanya
bila ada yang menggangu kursi
urusan etika boleh dilanggar
selama membahayakan koalisi
MKD boleh kehilangan kehormatan
selama ada rente yang didapatkan
bahkan menjadi lontepun dihalalkan
ya ....namanya juga Republik Dagelan!
Yang Mulia ............
hamba saluut keberanian Paduka
melanggar etika dengan santun didepan mata
hamba saluud keberanian paduka
mempertontonkan opera sabun dengan telanjang
hamba saluud keberanian paduka
melecehkan rakyat dengan tegas lugas dan tega
Yang Mulia ........
hamba salud keberanian paduka
berani dimaki .... berani dikutuk
berani diludahi .... berani dibajing bajingkan
tak semua orang punya mental seperti paduka
bisa ceria menutup mata
bisa tenang menulikan telinga
bisa relax mengingkari hati nurani
bisa tertawa urat malunya putus
dan wajah paduka tidak berubah
kelihatan kalem dan biasa saja
Yang Mulia adalah makluk langka
seperti bukan manusia !

Jakarta,10 Desember 2015


Pahlawan Gembus (1)
Anggoro Suprapto

Sungguh indah ketika rakyat dibisiki:
Negeri ini sudah merdeka saudara-saudara
Saatnya rakyat bungah dan hilanglah gelisah
Bayangkan, ratusan tahun kita terjajah
Belanda, Jepang, Nica datang menjarah
Bagaikan kristal jatuh
Seluruh negeri remuk luluh
Setiap hari rakyat nangis dan ngeluh
Pendertiaan tak terperi bagai patri
Luka koreng moreng melepuh
Tak juga sembuh
O, ketika ibu pertiwi susah dan sakit
Para pemuda pun bangkit
Para pejuang dan rakyat melawan
Penjajahan diterjang bagai gelombang
Maka muncullah para pahlawan
Berjuang tanpa pamrih tanpa bayaran
Berjuang korbankan nyawa dan raga
Berjuang demi nusa bangsa
Berjuang demi rakyat semesta nusantara. Dan
Indonesia pun merdeka
Oi, sekali lagi
Negeriku sudah merdeka saudara-saudara
Seperti dalam lakon, babad, kitab dan sejarah
Puluhan tahun kita tercatat bebas sudah
Saatnya rakyat gembira dan tertawa
Tak terasa 70 tahun telah berlalu
Tapi kenapa rakyat masih juga ngelu?
Sekali lagi aku bertanya: Kenapa?
Tak ada yang menjawab
Hanya sepi yang mengebiri
Sampai akhirnya datang seorang rahib buta
Negerimu belum merdeka, katanya
Rakyat jatuh dari mulut singa masuk ke mulut buaya
Jika dulu dijajah orang-orang asing
Sekarang dijajah bangsa sendiri
Oleh para pemimpin yang buta mata buta hati
Memikirkan agama, golongan, dan partainya sendiri
Rakyat dibiarkan dengan daya tahannya sendiri
Kalau begitu kemana perginya
para pejuang dan pahlawan rakyat?
Mereka masih sembunyi
Memang muncul banyak pejuang
Tapi ingat mereka adalah pahlawan gembus
Hanya demi uang mereka tebus
Demi kekuasaan mereka gerus
Rakyat diabaikan tak terurus
O, pepohonan pun menunduk lesu
Bunga-bunga pada layu
Di bawah langit kekuasaan yang kelabu
Pahlawan Gembus (2)
Di negeriku memang punya banyak pahlawan
Tapi hanya kisah masa lalu yang terabaikan
Yang namanya para pahlawan bangsa
Hanya tersimpan di laci-laci meja
Di kitab-kitab para pelajar
Di lukisan yang tergantung di dinding
Hanya hikayat potret-potret muram
Hanya dongengan para pinisepuh
Jejaknya pun pupus tak ada generasi penerus
Bukankah setiap tataran setiap jaman
Ada pahlawannya sendiri?
Lalu kemana mereka pergi?
Menangislah para pahlawanku
Negerimu sudah dikuasai para pemimpin palsu
Maka pasang mata pasang telinga
mereka selalu berbicara atas nama rakyatnya
Padahal mereka berjuang untuk partainya
Untuk agamanya untuk golongannya
Untuk ego kelompoknya
Persetan dengan rakyat yang hidupnya susah
Tertekan dan gelisah
Angin pun bertiup pelan
Udara mengabarkan
Di negeri ini atas nama rakyat
Muncullah para pahlawan
Mengaku membela kebenaran
Mengaku membela nusa bangsa
Tapi sesungguhnya mereka cidra
Hanya pahlawan gembus
Bicaranya nggedebus
Perilakunya ubas-ubus
Mlekethus
Malam pun datang layar diturunkan
Para pahlawan gembus bersembunyi
Di pekatnya malam yang hitam
Hatinya hitam wajahnya hitam lidahnya hitam
Bicaranya hitam tindakannya hitam
Lalu sampai kapan?
Negeriku dikuasai golongan hitam
Berkedok pahlawan?

Semarang, Okt. 2015


Percakapan di Runway
Samsuni Sarman

Maaf, saya ke Amrik dulu ya
mau belajar bagaimana bikin nasi goreng digital dan bakso kreatif
supaya nanti bisa ditularkan untuk rakyat di desa dan kampung
agar faham memaknai kemajuan dan kemelaratan
Tak perlu sungkan ya
semua sudah saya wakilkan kok
tenda penampungan dan sapu tangan sudah diurus menteri terkait
evakuasi warga yang terpapar asap sudah disiagakan kapal perang
malah kotak-kotak rumah tinggal anti kabut asap telah dirancang
insinyur dari ITB, jadi aman saja
Maaf, saya ke Amrik bukan untuk selfi kok
cuma belajar bagaimana mengatur tambang emas di Papua
dan beberapa tambang minyak di lepas pantai
tentu untuk masa depan investasi yang lebih baik
dan saling menguntungkan, ya kan
Soal kabut asap, juga akan saya bicarakan
karena dampaknya sudah melebar ke mana-mana
ah, tidak ada anak tiri soal penanggulangan asap negeri
ada yang memang sengaja karena diatur pergub, jadi
urus sendiri pengelolaan kabut asapnya
ada yang sengaja dibakar, itu sudah ditangani pihak berwajib
malah telah dipenjarakan, sawit, lho itu soal lain
nanti pulang dari Amrik saya luruskan kembali
ini menyangkut investasi, sekali lagi investasi
buat piring nasi masyarakat juga kan?
Maaf, saya ke Amrik dulu ya
nggak bawa anak dan keluarga kok, cuma menteri terkait
lagian ini persoalan serius, jadi hemat waktu dan kesempatan
malah lebih penting dari anak dan balita yang terpapar asap
karena paru-parunya sesak, sudah ya saya pergi dulu
nanti keburu berkabut dan pesawat nggak bisa take off
sakarepmu.

 banjarmasin 24/10/2015


Reshuffle Kebelet
Yuditeha

sebagian serapah tertahan, sebagian berhamburan
di sela-sela deru perjalanan dinas
menjelma benalu di ranting tubuh
decit karet membekas di setiap jalan simpang
menandai pilihan gerak laku buru-buru
suara klakson memantul di tembok ruang
dan sebagian serpihannya menancap ke daun telinga
membakar niat hingga menghanguskannya
barisan mata berlomba menonjolkan biji-bijinya
bernapsu memenangi sesuatu
yang sebenarnya bisa diurai damai
ah, dugaan ini memang belum sepenuhnya benar
siapa tahu mereka tergesa-gesa karena ingin berbagi
sekedar ingin mengurangi beban hidup
pada sebuah tempat yang bernama kamar kecil
inilah namanya kebelet akut
oh



Negeri Patpatgulipat
 Ary Sastra

inilah negeri patpatgulipat
tempat orang bermain petak umpat
saling sikut dan sikat
paling jago lipat melipat
di negeri patpatgulipat
banyak yang mengaku bermartabat
pura pura pegang amanat
eh tak tahunya penjahat
di negeri patpatgulipat
penuh dengan kutu loncat
pura pura jadi sahabat
ternyata pengkhianat
di negeri patpatgulipat
pandai pandailah merapat
biar dikata penjilat
asal hidup selamat
di negeri patpatgulipat
semuanya mengaku atas nama rakyat
bergaya seperti ustad
uang rakyatpun disikat
di negeri patpatgulipat
banyak yang mengaku sudah bertobat
tapi ternyata hanya tipu muslihat
dasar keparat !!!

Tanjungpinang, 12 Desember 2014


Jumat, 15 Januari 2016

Membatik Diri.

Membatik Diri.

menelusuri garis yang telah toreh sendiri
menebalkan jalan setapak yang dilaluimu
mewarai diri apa yang dijalani
dan menebalkan warna ciri seni
kau bebas melalui jalanmu
membatik diri

Rg Bagus Warsono
Puisi Batik di Hari Batik dibacakan pada Hari Batik Berbaju Batik 2 oktober 2014 Batik khas Paoman.

Ibu Menunggu Kering Diangin,

Ibu Menunggu Kering Diangin

Bilakah pecinta seni
menjalin hati batikmu sendiri
menambah cantik rupamu gadis
tampan wajahmu pemuda
menambah pesona penampilan Bapak hari ini
dan ibu menunggu kering diangin
Bilakah pecinta seni
Mendambakan keindahan abadi
Dari corak tradisinoal kampung halaman
Yang diukir ibumu dulu
Hingga ibu menunggu kering diagin-angin
Agar cepat melekat ditubuhmu.

Rg Bagus Warsono
Pusi Batik di Hari Batik dibacakan pada Hari Batik Berbaju Batik 2 Oktober 2014 Batik khas Paoman.

BERTUDUNG CAHAYA BULAN, Nunung Noor El Niel

BERTUDUNG CAHAYA BULAN

bertudung cahaya bulan
aku melintasi impian semalam
dan aku melihatmu di sana
menjadi pemulung sisa bayangan
di antara sampah-sampah puisi
di lembar-lembar cabikan
celana dalam kaumku
tapi tak ada perawan suci di situ
bertudung cahaya bulan
aku melihatmu mabuk
dengan mulut yang kotor
menyumpahi seluruh kebinalan
setelah kelaminmu terbakar
oleh penyakit menular
dan kau meriang memaki
semua persetubuhan
sebagai perzinahan
bertudung cahaya bulan
aku melihatmu merayap
seperti seekor tikus yang keluar
dari liang got-got tersembunyi
dengan tubuh tambun
dan kuyup oleh amis sperma
setelah menyetubuhi diri sendiri
mengatas namakan perempuan
bertudung cahaya bulan
aku selimuti dirimu dengan malam
tidurlah dalam kelam
hingga membusuk di kedalaman
liang impian yang kau rindukan
sebagai sebuah kenyataan
bertudung cahaya bulan
malam hanya merentangkan udara
yang menebarkan bau bangkai
dari tubuhmu yang mulai membusuk
sebagai lelaki pecundang
yang menggarami diri sendiri
bertudung cahaya bulan
aku hanya dapat menyapamu
dengan seberkas sinarku
untuk mengurapi dirimu
dari setiap kelalaian
Denpasar 14 01 2016 – 11913

BOM, Riswo Mulyadi

BOM

meledak, siapa luka?
bukan tubuh tapi rasa
bum!
siapa mati?
bukan jiwa tapi rasa
bum!
rasa dan jiwaku tetap ingin hidup
seribu kalipun berdentum
dor!
peluru siapapun melesat
tak akan mampu menembus kulit
karena tubuhku adalah Indonesia
warisan pejuang sejati
14012016

Sajak Teror, Wadie Maharief

Sajak Teror

Apa kabar sayang
Ada kau dengar teror
bom kemarin
mengguncang ibukota
negara
ada yang mati
tertembak
ada polisi
kejar-kejaran
dengan teroris
ada jerit ketakutan
ada yang asyik
menonton
bagaikan sedang
syuting film?
Apa kabar sayang
Ada kau tonton televisi
ada yang menyiarkan
kabar hoax
tentang bom
teroris di ibukota
kemarin
ada yang berhari-hari
mewawancarai
para ahli keamanan
dan teror
ada yang mengurai isu
tentang segala
kemungkinan terjadi
penyebab teror
ada yang bangga
rakyat sudah
berani melawan
teror?
Apa kabar sayang
ada kau dengar kabar
aksi teror
menggoyang ibukota
kemarin
katanya teror
dilakukan kelompok
dari negara Islam
tapi itu dibentuk
negara superpower
untuk melawan teror
jadi seperti perang
melawan teror
dengan teror?
Akh, aku sendiri
seperti kena teror
semalam, sayang
ketika kau
kutelepon
tapi tidak kau angkat
kenapa sayang?
-------- Yogya 16 Januari 2016

Picture Buku

foto Muhammad Lefand

Picture Buku


Pamer Buku

Buana KS

Pamer Buku


Eri Syofratmin

Pictur Buku Sakarepmu

foto Ghee Wirawan II

Pictur Buku Sakarepmu


Rabu, 13 Januari 2016

Pictur Buku Sakarepmu

 Foto oleh Nafis Ahmad

 Foto oleh  Agustaf Triyono

Foto oleh Sosiawan Leak

Selasa, 12 Januari 2016

ADALAH SENJA, RD Kedum

ADALAH SENJA
(Ibuku)
adalah senja
kau rajut dari sehelai benang
kau pintalkan ujungnya
sepucuk jarum kau mainkan menjadi tarian sakral
kerap kau dendangkan;
ketika riuh pipit terbang mengitari padi kita
ketika siamang riang bercanda bersama kerabatnya
ketika elang terbang berputar di bubungan menunggu mangsa
adalah senja
berpuisi di ujung benang yang kau pintal
meningkah gemulai di dentang kromong dua belas; sriwijaya, rentak delapan, serampang dua belas
tersimpul erat di tiap kerut wajah
adalah senja
seperti petri mengibaskan rambut basahnya
/Lubuklinggau, 12 Januari 2016
Ctt: petri = peri/bidadari

PUISIKU (6), Heru Mugiarso

PUISIKU (6)

Puisiku pagi ini ke sekolah
belajar tentang matapelajaran
yang -sumpah - tak dipahami isinya
apalagi khasiatnya
Puisiku pergi ke sekolah
lebih karena malu dibilang pengangguran
nongkrong di rumah tanpa status yang jelas
tertulis di KTP nya

BELAJAR NULIS PUISI, Suyitno Ethex

BELAJAR NULIS PUISI
a, i, u, e, aku belajar nulis puisi
ungkapkan kata hati
biar plog tak membebani diri
membebani langkah setiap hari
aku tak mau peduli
apa katamu nanti
aku belajar nulis puisi
hanya buat ungkapan hati
bukan mau jadi penyair sejati
karena di negeri ini
tak ada satupun yang dihidupi puisi
a, i, u, e, aku belajar merangkai kata
tak peduli apa katamu bila bicara
yang penting aku bisa ungkapkan rasa
lewat kata-kata yang kurangkai dan kutata
yang penting aku merasa lega
setelah melampiaskan rasa lewat kata-kata
a, i, u, e, aku belajar nulis puisi dengan jujur
pasti kau tak percaya, karena bohong lebih manjur
mjk. 12/1/2016

Sabtu, 09 Januari 2016

SALUT, Eddie Mns Soemanto

SALUT
seorang kakek menulis puisi
tentang kaya raya negerinya
yang dikorupsi pejabat dan pengusaha
seorang kemenakannya yang suka puisi yang kebetulan pejabat
di televisi tengah membantu
pak bosnya yang minta saham
di antara hebohnya Donald Trump
melarang muslim masuk Amerika
tapi seorang ibu menulis dan meng-upload foto presiden
yang katanya gagal dapat saham
saya salut sama ibu itu
saya salut sama kakek itu
saya juga salut sama kemenakan itu
tapi saya akan bilang sama
Donald Trump
kalau saya dilarang masuk amerika
saya akan pergi amerina, amereka
atau amerila

DI SINI, DI UJUNG LORONG KUADA, Djemi Tomuka

DI SINI, DI UJUNG LORONG KUADA
aku baru saja melewatinya
pohon-pohon yang basah
di antara sisa-sisa kenang
dari gulir musim masih panjang
sebagian yang tertera
telah kucentang akan kusambangi
dengan beberapa catatan kaki
yang harus kuberi kasut
bunyi derit yang sempat kuhela
telah meninggalkan lecet
untuk tak memborok
di musim berikutnya
di sini,
di ujung lorong kuada
merapal bebau melati
mendahului langkah-langkah tak gesa
untuk tengadah selalu terberi
sebisa matahari memerciki pagi
akan kuikuti arah sinar
mengibarkan siang
pun bila senja itu tibaku
(DJT. mdo, 03 Januari 2015; 22:44)

Rencana Peluncuran Antologi Sakarepmu:

Hadiri Peluncuran Antologi Sakarepmu:
Sekumpulan Puisi
Sakkarepmu !
Penyair Mbeling Indonesia
Sebuah antologi sebagai sekumpulan puisi yang tanggap akan perilaku ‘sakarepmu dewasa ini, sehingga membuat penyair mbeling berbuat ‘sekarep-nya dalam memotret perkembangan Indonesia dewasa ini.
Menutup tahun 2015 sebagai tahun-tahun pancaroba negeri puisi-puisi ‘sakarepmu dalam sekumpulan puisi yangbernama Sakkarepmu ini mewarnai khasanah sastra Indonesia.
Tempat :
Warung Apresiasi Bulungan
Rabu 2 Maret 2016
Pukul 19.30 sampai selesai
Koordinator: Aloysius Slamet Widodo.
Telpon:081682482
Ket :
Mohon kesediaan Sahabat Sakarepmu diharapkan hadir dalam kegiatan peluncuran terutama bagi yang dekat Jakarta dengan menghubungi terlebih dahulu Mas Aloysius Slamet Widodo.

Penulis :

Aan Jasudra (Lahat)
Agustav Triono (Banyumas)
Ali Syamsudin Arsi ( Banjarbaru)
Aloeth Pathi (Pati)
Anggi Putri (Surabaya)
Anggoro Suprapto, (Pati)
Arif Khilwa (Pati)
Ary Sastra(Tanjungpinang)
Buana K.S (Muara Bungo)
Budhi Setyawan (Bekasi)
Dasuki Kosim (Indramayu)
Denis Hilmawati T (Karanganyar)
Diah Natalia (Jakarta Timur)
Eddie MNS Soemanto (Padang)
Eri  Syofratmin (Muara Bungo)
Fernanda Rochman Ardhana (Jember)
Fitrah Anugerah (Bekasi)
Fitriyanti (Indramayu)
Gampang Prawoto(Bojonegoro)
Gunta Wirawan (Singkawang Kalimantan Barat)
Harkoni Madura (Sampang)
Haryatiningsih (Indramayu)
Hasan Bisri BFC (Bogor)
Helmi Setyawan(Tegal)
Heru Mugiarso (Semarang)
Iis Sri Pebriyanti ( Indramayu)
Jen Kelana (Nganjuk)
Marsetio Hariadi (Surabaya)
Muhammad Lefand (Jember)
Nanang Suryadi (Serang)
Navys Ahmad  (Tangerang)
Novia Rika (Jakarta)
Nunung Noor El Niel ( Denpasar)
Nur Fajriyah (Indramayu)
Osratus ( Sorong)
Rg Bagus Warsono (Indramayu)
Rini Garini (Maalengka)
Riswo Mulyadi (Banyumas)
Riza Umami (Indramayu)
Sahadewa (Kupang)
Samsuni Sarman (Banarmasin)
Sokanindya Pratiwi Wening (Medan)
Slamet Widodo (Solo)
Sunaryo JW (Tapanuli)
Sus S . Hardjono (Sragen)
Suyitno Ethex (Mojokerto)
Tonganni Mentia (Toraja)
Tutik Hariyati S (Indramayu)
Ustadji Pantja Wibiarsa (Purworejo)
Wadie Maharief ( Yogyakarta)
Wahyu Hidayat(Banyuwangi)
Wans Sabang (Bekasi)
Wardjito Soeharso(semarang)
Wirol Haurissa (Ambon)
Yuditeha (Solo)
Zaeni Boli (Bekasi)





Rabu, 06 Januari 2016

INDONESIA MOVE ON, Yuditeha

INDONESIA MOVE ON

kebahagiaan sejati adalah saat sang diri sadar sedang sakit dan perlu berobat
kesialan sejati adalah ketika sang diri kecewa dan sedang merencanakan pelampiasan dendam
ketangguhan sejati adalah bukan sedikitsedikitan berlaku salah hingga tak mau lagi memerlukan koreksi
derita sejati adalah saat sang diri salah dan tak mau lagi membetulkannya
Indonesia terpelset bukan aib
Indonesia galau boleh saja asal tak berlarutlarut
Indonesia move on sama dengan Indonesia bangkit

DI TAHTA-TAHTA YANG TINGGI, Yuditeha

DI TAHTA-TAHTA YANG TINGGI
di tahta-tahta yang tinggi
dosa-dosa akan ditumpahkan
seperti layaknya terang yang mengambinghitamkan malam
adalah rahasia yang sewajarnya
yang besar akan melupakan yang kecil dan semua akan mengiyakan menurut hukum khalayak
di tahta-tahta yang tinggi
semua akan segan mempertanyakan kekeliruan seiring melupanya sebuah kehormatan
janji-janji adalah denyut jantung semasa merayu
mungkin lebih tepat menggombali
jauh di lorong hati tersirat kata manipulasi
jiwa-jiwa haus damai karena cairan cinta dalam tubuh telah menguap
di tahta-tahta yang tinggi
napsu-napsu berkelana
mengendus-endus kesempatan
segala mata menatap kecurigaan
di ajak-ajak setan yang berbisik tentang kesewenangan
untuk menginjak-injak segala yang ada di bawah
tak adakah yang berani menanyakan, panas yang mengeringkan langit itu
hingga menciptakan beribu lengking teriakan?
atau terik yang menajamkan bintang itu hingga menyisakan duri-duri yang tertinggal di sekujur darah?

SALUT, Eddie Mns Soemanto

SALUT
seorang kakek menulis puisi
tentang kaya raya negerinya
yang dikorupsi pejabat dan pengusaha
seorang kemenakannya yang suka puisi yang kebetulan pejabat
di televisi tengah membantu
pak bosnya yang minta saham
di antara hebohnya Donald Trump
melarang muslim masuk Amerika
tapi seorang ibu menulis dan meng-upload foto presiden
yang katanya gagal dapat saham
saya salut sama ibu itu
saya salut sama kakek itu
saya juga salut sama kemenakan itu
tapi saya akan bilang sama
Donald Trump
kalau saya dilarang masuk amerika
saya akan pergi amerina, amereka
atau amerila