DI SINI, DI UJUNG LORONG KUADA
aku baru saja melewatinya
pohon-pohon yang basah
di antara sisa-sisa kenang
dari gulir musim masih panjang
sebagian yang tertera
telah kucentang akan kusambangi
dengan beberapa catatan kaki
yang harus kuberi kasut
bunyi derit yang sempat kuhela
telah meninggalkan lecet
untuk tak memborok
di musim berikutnya
di sini,
di ujung lorong kuada
merapal bebau melati
mendahului langkah-langkah tak gesa
untuk tengadah selalu terberi
sebisa matahari memerciki pagi
akan kuikuti arah sinar
mengibarkan siang
pun bila senja itu tibaku
(DJT. mdo, 03 Januari 2015; 22:44)
Sebuah antologi sebagai sekumpulan puisi yang tanggap akan perilaku ‘sakarepmu dewasa ini, sehingga membuat penyair mbeling berbuat ‘sekarep-nya dalam memotret perkembangan Indonesia dewasa ini. Menutup tahun 2015 sebagai tahun-tahun pancaroba negeri puisi-puisi ‘sakarepmu dalam sekumpulan puisi yangbernama Sakkarepmu ini mewarnai khasanah sastra Indonesia.