HARKAT
Mengapa harus bertopang pipi
karena mendung di luar sana
Apakah selembar tiket itu
tak pernah sampai di atas meja
Tentang sebuah perjalanan
Mengapa harus bertopang dagu
dan duduk termangu di sebuah bangku
Apakah tak ada lagi tempat menunggu
meskipun di selasar waktu
Untuk sekadar saling bercumbu
Padahal kau tahu bagaimana
menyingkapkan seluruh rindu
Sebelum tumbuh menjadi benalu
dan cemburu membakar hasrat
menjadi musuh di balik belikat
Maka biarkan kini semua khianat
menyayat setiap martabat
Jika cinta bukan lagi hakikat
Di mana kesetiaan menjadi jerat
Apalagi menjadi malaikat penyelamat
Meskipun yang tersisa kelak
hanya sebatas harkat untuk dibaca
bukan sebagai hikayat
di antara puisi dan prosa
tersimpan kebebasan seluruh makna
: terjemahkanlah....
Denpasar 26 02 2016
Sebuah antologi sebagai sekumpulan puisi yang tanggap akan perilaku ‘sakarepmu dewasa ini, sehingga membuat penyair mbeling berbuat ‘sekarep-nya dalam memotret perkembangan Indonesia dewasa ini. Menutup tahun 2015 sebagai tahun-tahun pancaroba negeri puisi-puisi ‘sakarepmu dalam sekumpulan puisi yangbernama Sakkarepmu ini mewarnai khasanah sastra Indonesia.