Senin, 14 Desember 2015

Hasan Bisri BFC

Hasan Bisri BFC lahir di Pekalongan, 1 Desember 1963. Menulis puisi, cerpen, esai, humor, wayang mbeling, geguritan, kritik film, dan skenario. Karya-karyanya dimuat di Republika, Surabaya Post, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, Femina, Gadis, Berita Buana, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Suara Pembaruan. Koran Sindo, Solo Pos, Buletin Jejak, dll. Puisinya dimuat dalam 35 antologi, antara lain Dari Negeri Poci 6: Negeri Laut (2015), Saksi Bekasi (2015), Sang Peneroka (2015); Merangkai Damai (2015), Dari Negeri Poci 5: Negeri Abal-abal (2014); Lumbung Puisi Sastrawan Nusantara II dan III (2015 dan 2014 ), Solo dalam Puisi (2014), From Cradle to Grave (2014), Jalan Cahaya (2014 ), Bogor dalam Komposisi (2013), Pertemuan Sastrawan Nusantara I, Tifa Nusantara (2013), antologi Dwibahasa Indonesia – Mandarin Pertemuan Persahabatan (2013 ); Sauk Seloko (PPN VI, 2012), Akulah Musi (PPN V,2011), Beranda Senja (2010), Rumpun Kita (PPN III, 2009), Tanah Pilih ( TSI I, 2008 ). The 1st International Poetry Gathering (PPN I, 2007), antologi Dwibahasa Indonesia – Mandarin Resonansi (2000); Antologi Puisi Indonesia (1997), Trotoar (1996), antologi tunggalnya Jazirah Api terbit 2011. Puisi-puisinya dibacakan secara langsung di TPI/ MNCTV, Indosiar dan TV Edukasi. Sering diundang membacakan puisi dan diskusi di mancanegara antara lain di Rumah PENA dan GAPENA (Kuala Lumpur, 1999); Dialog Utara VIII di Thailand Selatan (1999), Hari Puisi Nasional XVI di Langkawi (2000); Hari Puisi Nasional XVII di Sarawak (2001); Kembara Budaya di Miri, Sibu, Kuching (2001); PPN IV di Brunei (2010). Sebagai pemakalah XI di Brunei (2001). Diundang oleh DKJ TIM di Tadarus Puisi untuk membacakan pusi-puisinya (2013 dan 2014 ), Dewan Pendiri Komunitas Sastra Indonesia (KSI) ini kini juga aktif di Forum Sastra Bekasi (FSB). Penulis kini tinggal di Jl. Anggrek I Blok F2 nomor 2 - 3 Vila Nusa Indah, Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor 17427


Hasan Bisri BFC Nenek, Nikita, dan Permen Itu

Hasan Bisri BFC

Nenek, Nikita, dan Permen Itu

bulan sabit di kolong langit
segerombolan perempuan terbirit-birit
dikejar-kejar polisi pamong praja
Hingga kehabisan sisa tenaga
pada cuaca setengah basah
mereka diangkut di atas truk
dari mulutnya keluar sumpah serapah
kesal dan kecewa karena kena garuk
tiba-tiba mereka tak bisa menahan tertawa
melihat nenek-nenek ikut terazia
si nenek bingung dibuatnya
“Kita mau dibawa kemana?” tanya nenek sambil ngamati
perempuan-perempuan bahenol dengan baju belahan dada terbuka
“Kita akan dikasih permen, Nek,? “ jawab salah satu perempuan sekenanya
Di tempat tujuan sudah ada antrean panjang
Mereka sedang didata petugas panti sosial
Ada juga Putry Reva, Miss Indonesia
tak ketinggalan artis Nikita yang sintal
Ketika Nenek ditanya , “Nenek kok ikut-ikutan?
Emang bisa apa?” petugas menahan tawa
Dengan serius Nenek berujar, “Kalau sekedar ngemut-ngemut aja sih Nenek bisa,” seketika seisi
ruangan tak bisa menahan tawa
Bogor, 11 Desember 2015

Slamet Widodo

Slamet Widodo Lahir. Solo, 29 febuari 1952
Pendidikan. SD Pangudi Luhur Purbayan Solo
SMP Bintang Laut Solo
SMA Santo Yosep Solo
Institut Teknologi Bandung (Arsitektur)
Pekerjaan Wiraswasta
Karya A Buku kumpulan Puisi
1 Potret Wajah Kita (Kumpulan puisi 2004)
2 Bernafas Dalam Resesi (Kumpulan puisi 2005)
3 Kentut (Kumpulan puisi 2006)
4 Selingkuh (Kumpulan puisi 2007)
5 Simpenan (Kumpulan puisi 2009)
6 Namaku Indonesia (Kumpulan puisi anak 2012)
7 Ijab Kibul (Kumpulan Puisi 2013)
Penghargaan
"Hutanku meratap" mendapat penghargaan
1. World Bank's Program on the social dimension
on Climate Change "Vulnerability exposes Micro
Docomentary film contest 2009
2 Asia Oceanea New Comer Award 2009
(Japan Wildlive Film Festival )
A Slamet Widodo tidak pernah belajar sastra tapi tak pernah berhenti menulis puisi
dan lirik lagu




Slamet Widodo : Republik Dagelan

Slamet Widodo :
Republik Dagelan

Tersebutlah di Republik Dagelan
Dewan Perwakilan Rakyatnya Dagelan
seorang dengan rekam jejak yang kelam
bisa saja diangkat jadi ketua Dewan
ya .....namanya juga Republik Dagelan !
Ketua Dewan boleh menjual diri
manfaatkan jabatan tuk kepentingan diri
pelaku kejahatan dilindungi
pelapor kejahatan dihakimi
dituntut pencemaran nama baik ....masuk bui
ya....namanya juga Republik Dagelan!
Mahkamah Kehormatan Dewan
menjadi Mahkamah Kehormatan Dagelan
badan yang tugasnya menjaga kehormatan
boleh kehilangan kehormatanya
bila ada yang menggangu kursi
urusan etika boleh dilanggar
selama membahayakan koalisi
MKD boleh kehilangan kehormatan
selama ada rente yang didapatkan
bahkan menjadi lontepun dihalalkan
ya ....namanya juga Republik Dagelan!
Yang Mulia ............
hamba saluut keberanian Paduka
melanggar etika dengan santun didepan mata
hamba saluud keberanian paduka
mempertontonkan opera sabun dengan telanjang
hamba saluud keberanian paduka
melecehkan rakyat dengan tegas lugas dan tega
Yang Mulia ........
hamba salud keberanian paduka
berani dimaki .... berani dikutuk
berani diludahi .... berani dibajing bajingkan
tak semua orang punya mental seperti paduka
bisa ceria menutup mata
bisa tenang menulikan telinga
bisa relax mengingkari hati nurani
bisa tertawa urat malunya putus
dan wajah paduka tidak berubah
kelihatan kalem dan biasa saja
Yang Mulia adalah makluk langka
seperti bukan manusia !
Jakarta,10 Desember 2015

Jen Kelana

Jen Kelana,Lahir di Nganjuk (Jatim), besar di Sumut dan Jambi. Menulis puisi, cerpen, feature, esai, artikel, dan karya ilimiah. Puisi dan cerpennya terangkum dalam antologi tunggal dan bersama. Sebagian karyanya dipublikasikan di media massa dan media digital. Hobby elektronik, hardware, software, komputer dan web develover di samping menekuni bidang matematika, statistika, dan penelitian pendidikan. Aktifitas sebagai pengajar di STKIP YPM Bangko.
Alamat  : STKIP YPM Bangko Jl. Talangkawo – Dusun Bangko
  Bangko – Merangin, Jambi  37314


Jen Kelana: Kuteriakkan Hujat

Jen Kelana
Kuteriakkan Hujat

Gombal mukiyo, tenan!
Otakku nyeri
hari-hari direcoki berita tipi
melilit mendera batok kepala
memaksa cerita-cerita kadal menyejarah
pada setiap inci: korupsi

Dancuk njaran, tenan!
Aku bahkan tak bisa
lena sekilas saja tanpa duka
slilit melilit serupa silit
terus saja menguntit sekujur jiwa
menghambur-hamburkan aroma petaka

Lantang kuteriakkan hujat
hingga karat sekarat meriwayat
lalu mantra-mantra purba memilin-milin
menjadi siksa
kukirimkan pada setiap jiwa
berdosa

Bangko, 9 Desember 2015
#HariAntiKorupsi_2015

Agustav Triono

Agustav Triono. Lahir di Banyumas, 26 Agustus 1980. Alamat Perumahan Abdi Negara RT 06/RW 04. Jl.Kresna no.1 Bojanegara, Padamara, Purbalingga 53372. HP: 085647644746. e-mail :agustav_3ono@yahoo.com
Aktif di Teater Tubuh Purwokerto, Para Penulis Muda Banyumas (PENA MAS) dan Komunitas HTKP Purwokerto. Mengabdi sebagai GTT di SMP N 1 Mrebet, Purbalingga. Melatih dibeberapa Teater pelajar. Menulis puisi, cerpen, dan naskah drama/teater. Karya-karyanya pernah termuat dibeberapa media massa dan dibuku antologi bersama antara lain Jejak Sajak, Spring Fiesta, Puisi Menolak Korupsi 2, Dari Sragen Memandang Indonesia, Dari Dam Sengon ke Jembatan Panengel, Tifa Nusantara, Balada Seorang Lengger, Iwak Gendruwo, Cindaga, Duka Gaza Duka Kita, Memo Untuk Presiden, Memo Untuk Wakil Rakyat.

Agustav Triono : Kau Datang di Pagi Buta

Agustav Triono

Kau Datang di Pagi Buta

Kau datang di pagi buta
Kau ketukketuk gubuk reyotku
Kau uluk salam senyum mengembang
Kau jabat hangat tanganku
Kau tatap penuh arti mata sayuku
Kau sapu pandang seluruh ruang gubuk kumuhku
Kau mengumbar janji menyulapnya jadi istana
Kau sungguh mulia
Kau tak lupa selipkan amplop bergambar wajahmu
Kau bisikkan pesan rahasia
Kau berpamitan lambaikan tangan
Kau mengesankan aku
Aku tahu awal mula jalanmu
Aku tak silap segala rayumu
Aku kan berpikir ulang memilihmu
Aku membaca matamu yang penuh pengharapan
Aku tak mau kau tiputipu lagi
Aku pun penuh duga kau menebar benih untuk raih yang lebih
Bukan aku tak yakin kali ini namun telah berulang kali bertahun kali kau terus mengalikan anggaran atas nama rakyat sedang nyatanya rakyat terus menderita begini.

9.12.2015

Selasa, 08 Desember 2015

MAIN BERMAIN Wardjito Soeharso.

 Wardjito Soeharso.

MAIN BERMAIN

Bermain api
: terbakar
Bermain air
Bermain pisau
: luka
Bermain kata
: puisi
Bermain lidah
: tak dipercaya
Bermain judi
: rudin
Bermain tali
: terjerat
Bermain mata
: dusta
Bermain gila
: lupa keluarga
Bermain cinta
: duh, indahnya.
2015.

Fitriyanti : KESUNYIAN

Fitriyanti

KESUNYIAN

Ketika ku termenung diri
Tak seorangpun pun menghibur
Hanya suara jangkrik dan katak
Yah...suara jangkrik dan katak yang berkrok-krok
Hingga bintang bertebaran diatas langit
Walau senja telah datang
Sampai fajar telah bersinar
Dialah yang tetap setia
Ya, memang benar
Setia untuk menemani
Walau hari-hariku tetap sendiri
Nan jauh dari ramainya perkotaan
Yang entah sampai kapan kan berakhir
Tapi ku harus tetap tegar
Yah..tegar untuk jalani hidup
Sebagaimana yang sudah ditakdirkan Sang Pencipta

Senin, 07 Desember 2015

Wardjito Soeharso : Mari Bermain

Wardjito Soeharso

MAIN BERMAIN

Bermain api
: terbakar
Bermain air
: basah
Bermain pisau
: luka
Bermain kata
: puisi
Bermain lidah
: tak dipercaya
Bermain judi
: rudin
Bermain tali
: terjerat
Bermain mata
: dusta
Bermain gila
: lupa keluarga
Bermain cinta
: duh, indahnya.
2015

Zaeniboli

Zaeniboli lahir di flores 1982 ,aktif di sastra kalimalang sebagai inventaris karya untuk halaman sastra kalimalang,Sejak 2013 –sekarang  .

Zaeni Boli : Tanggal yang Keliru

Zaeni Boli

Tanggal yang Keliru

Menjadi beling di matamu
Yang tajam dan indah adalah tatapan
Yang kanan dan kiri dalam ingatan adalah senyum
Dena
Bunga mekar
Kembang kuncup
Juga jamur di atas tai kebo
Adalah layang-layang putus dari imajinasi hari sabtu

Aku kembali kepangkuan mimpi
Membawa oleh oleh puisi
November berlalu membawa hujan yang kasmaran
Pada rumput juga pohon ceri

Matamu kini
Di telan Donal

tiga donat terinjak
sepatu putri salju

dan matamu masih setajam sembilu
Dena

dalam tanggal yang keliru


zaeni boli 2015

Ali Syamsudin Arsi

Ali Syamsudin Arsi lahir di Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah, Prov. Kalimantan Selatan. Kini tinggal di kota Banjarbaru, Prov. Kalsel. Pendiri dan Ketua Forum Taman Hati, diskusi sastra dan lingkungan, bersama M. Rifani Djamhari. Pendiri dan Pembina Sanggar Sastra Satu Satu Banjarbaru.
Menerbitkan 7 buku ‘Gumam Asa’ yang berjudul: 1. Negeri Benang Pada Sekeping Papan (Tahura Media, Banjarmasin, Januari 2009).  2. Tubuh di Hutan Hutan (Tahura Media, Banjarmasin, Desember 2009). 3. Istana Daun Retak (Framepublishing, Yogyakarta, April 2010). 4. Bungkam Mata Gergaji (Framepublishing, Yogyakarta, Februari 2011). 5. Gumam Desau (Scripta Cendekia, Desember 2013). 6. Cau Cau Cua Cau (2A Dream Publishing, Juni 2014). 7. Jejak Batu Sebelum Cahaya (Framepublishing, Yogyakarta, Oktober 2014).
Menerbitkan buku kumpulan esai tentang Aruh Sastra Kalimantan Selatan (buku kumpulan esai bersama rekan-rekan: HE. Benyamine, Arsyad Indradi, Harie Insani Putra, Farurraji Asmuni, Tajuddin Noor Ganie): 1.Gagasan Besar, himpunan tulisan Aruh Sastra Kalimantan Selatan (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, September, 2011). Buku puisi pribadi yang telah diterbitkan: 1. ASA (1986), 2. Seribu Ranting Satu Daun (1987), 3. Tafsir Rindu (1989 dan 2005), 4. Anak Bawang (2004), 5. Bayang-bayang Hilang (2004), 6. Pesan Luka Indonesiaku (2005), 7. Bukit-bukit Retak (2006).
Buku kumpulan puisi bersama, di Kalsel, yaitu: 1. Banjarmasin (1986), 2. Bias Puisi dalam Al-Qur’an (1987), 3. Banjarmasin dalam Puisi (1987), 4. Festival Poeisi se-Kalimantan (1992), 5. Jendela Tanah Air (1995), 6. Tamu Malam (1996), 7. Kesaksian (1998), 8. Wasi (1999), 9. Bahana (2002), 10. Narasi Matahari (2002), 11. Refortase (2004), 12. Dimensi (2005), 13. Taman Banjarbaru (2005), 14. 142 Penyair Menuju Bulan (2006), 15. Seribu Sungai Paris Berantai (2006), 16. Ronce Bunga-bunga Mekar (2007), 17. Tarian Cahaya di Bumi Sanggam (2008), 18. Bertahan di Bukit Akhir (2008), 19. Menyampir Bumi Leluhur (2010), 20. Kambang Rampai, puisi anak banua (2010) 21. Seloka Bisu Batu Benawa (2011), 21. Bentara Bagang (KSI Tanah Bumbu, 2012), 22. Tadarus Rembulan (ASKS, 2013), 23. Membuka Cakrawala Membaca Fitrah Manusia (ASKS 2014), 24. Duri Duri Angin Tebing (2015), 25. Ada Malam Bertabur Bintang (Tadarus Puisi, 2015), 26. Kalimantan Selatan: Menolak untuk Menyerah (Aruh Sastra XII, 2015), 27. Kalimantan, Rinduku yang Abadi.

Ali Syamsudin Arsy : Sungguh Benar-benar Sakarep

udelmu bertumbuhan sayap dari ujung daun telinga hingga bulu-bulu kaki merambat-rambat lesap ke seluruh jenis bulu di seluruh bagian tubuhmu memang sungguh benar-benar sa karep-karep tak terhitung berapa sayap sudah patah kelepak-kelepak oleh ulah sikap menyentak-nyentak sudah sakit miskin menderita tidak merata segila-gila lebih tambah gila sangat gila tak sembuh-sembuh dari gila sangat sungguh sangat gila di langit malam bintang jatuh seharusnya penuh pengharapan ternyata cau cau cua cau kedut di sudut mata bagian kanan atas selayaknya penuh pencerahan ternyata cau cau cua cau gila sungguh-sungguh gila melebihi sebenar-benar pasukan orang gila punya tanah tak mampu berpijak secara benar cau cau cua cau punya bukit hijau tak mampu menafkahkan perut-perut lapar cau cau cua cau mempunyai serba aneka jenis ikan aneka jenis tumbuhan aneka jenis burung aneka jenis batu aneka jenis daun aneka jenis pesona tak mampu berbagi dengan sepenuh rasa peduli benar-benar gila dan cau cau cua cau, penguasa rebahlah

/salam gumam asa, 2015


Budhi Setyawan

Budhi Setyawan, yang akrab dipanggil ’Buset’ dilahirkan di Dusun Kalongan, Desa Mudalrejo, Kecamatan Loano, Kabupaten  Purworejo, Jawa Tengah  pada 9 Agustus 1969. Sekarang bekerja di Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan di Jakarta, berkegiatan di Sastra Reboan di Jakarta dan sebagai Ketua Forum Sastra Bekasi (FSB). Tinggal di Bekasi, Jawa Barat. Beberapa tulisannya pernah dimuat media, antara lain di: Bali Post, Suara Merdeka, Republika, Jurnal Nasional, Majalah Horison, GONG, STORY, Jurnal The Sandour, Buletin Jejak, dll. Puisi dalam bahasa jawa (geguritan) dimuat di majalah Damarjati, Panjebar Semangat,  Jayabaya. Puisi-puisinya ada dalam antologi bersama: Kemayaan dan Kenyataan (Fordisastra, 2007), Pedas Lada Pasir Kuarsa (TSI II Pangkalpinang, 2009), Akulah Musi (PPN V, 2011), Sekumpulan Sajak Matajaman (bersama Jumari Hs dan Sosiawan Leak, 2011), Meretas Karya Anak Bangsa (2012), Antologi Puisi Satu Kata Istimewa (2012), Sauk Seloko (PPN VI Jambi 2012), Kepada Bekasi (2013),  Puisi Menetas di Kaki Monas (2014), Saksi Bekasi (2015), dll. Buku antologi puisi tunggal: Kepak Sayap Jiwa (2006), Penyadaran (2006), Sukma Silam (2007). Beberapa kali diundang ke acara Temu Sastrawan Indonesia, Pertemuan Penyair Nusantara, Temu Karya Sastrawan Nusantara, Temu Sastrawan Mitra Praja Utama, Silaturrahim Sastrawan Indonesia, dan lain-lain.

Budhi Setyawan : Menawar

Budhi Setyawan
Menawar

seorang gadis remaja
masuk ke pasar mencari baju pesta
sampailah di sebuah toko pakaian
yang penjaganya seorang bapak
berwajah legam, kumis seperti ulat matahari
dan tatapan mata seruncing duri

setelah mendapatkan baju yang cocok
gadis menawar harga lebih murah
belum ada kesepakatan
namun ia malah ditawar


Minggu, 06 Desember 2015

Wans Sabang



Wans Sabang lahir di Jakarta. Aktif berpuisi di Forum Sastra Bekasi dan mengajar Creative Writing di SD IT Nur Hikmah, Bekasi. Buku Antologi Puisi terbarunya adalah Tifa Nusantara 2 (2015) dan Negeri Langit (DNP 6, 2015).

Wans Sabang : TOILET



TOILET
#1
Malam aku tidur di televisi. Mengunyah bibirmu, dadamu, pahamu, Mencernanya dalam usus besar. Meremukkannya dalam usus halus. Menjadikannya remah remeh kenangan bercampur gas amoniak. Karena pagi telah menunggu rindu liang tubuhmu.

Tiap malam aku tak nyenyak, maka biarkan aku tidur sesaat di liang tubuhmu. Menikmati saat-saat pangeran kecilku menjadi raja. Berkuasa di ruang tiga kali tiga meter. Sebelum hidup begitu bergegas dan sangat tergesa. Seperti pangeran kecilku yang terus berontak meronta, tak betah.

"Pangeran kecilku yang asu, hidup memanglah lautan tapi engkau tak perlu ikut menjadi amuk ombak  yang  mengoyak celana dalamku, merobek celana dalammu, menoreh celana dalam kita."
2015
#2
Tiap pagi aku tetap rindu walau engkau tak menyeduhkan kopi atau teh. Rindu duduk berlama-lama melamun, hingga tertidur diatas liang tubuhmu. Lubang yang selalu menyediakan ruang pembuangan atas segala sejarah, kenangan dan kesia-siaan mungkin juga ketergesahan hari-hari kemarin.

Ketika kupandangi liang tubuhmu, sempat aku berpikir, ternyata rindu tak hanya biru atau ungu bisa juga pink seperti warna liang tubuhmu.
"Ah, andai engkau bisa ku kencani setiap malam, mungkin setiap pagi, aku tak perlu terburu-buru memburumu, merindumu, mencumbumu, toilet!"

Diah Natalia



Diah Natalia lahir di Jakarta, prestasi yang pernah saya raih berjumlah 13 rupa, saya apoteker yang masih berjuang meraih gelar master demi kehidupan yang lebih layak, gemar menulis menjadi pelampiasan segala suasana hati supaya tidak sableng. Untuk lempar komentar bisa hubungi keterangan diatas.