Balsem Cap Tugu Jogya
tak ada sebab yang terlupa
lelaki bernama penguasa naikkan harga
jangan pula bertanya untuk sesiapa
karena pasti rakyat jelata
tanpa suara mengangguk rela
sembari bernyanyi
humpila humpimpa
Aku jaga….!
mengapa harus berdusta
bukankah ini yang kedua, ketiga, keempat dan kesekian kali
sang penguasa titahkan sabda
ketika rumbai-rumbai negara marak berkibar
namun kerja belum juga selesai
masih tergenggam kuat
koruptur yang merajalela dipelatar balaikota
koruptor yang mengais nestapa rakyat desa tertinggal
koruptor yang meniduri tilam keniscayaan ruang dan waktu
koruptor yang menjual tanah pusaka hingga gosong tersisa
koruptor yang menabuh genderang dalam gelisah sang jelata
koruptor yang membelantik nama rakyat negeri
karena dirantai dengan janji koalisi carut-marut
dan diberikan resep dengan nama; papa minta saham, dong
lantas kau jejer manusia itu dipanas menggantang
sembari bernyanyi
humpila humpimpa
Aku jaga….!
dipelatar negeri yang terpapar luka
terbujur nanah busuk yang lama menganga
ada rakyat miskin ningrat
ada rakyat miskin melarat
ada rakyat miskin kualat
berbagi sengsara untuk menggosok kehangatan rupa
dengan seculit balsem anti miskin cap tugu Jogya
aku berteduh, menepi
seonggok tubuh tua terbujur kaku
sebaris nyawa menggelepar kehilangan nafas
bukan kezaliman, sapa sang penguasa
tapi telah membunuh kecintaan ini
selamanya
sakarepmu – banjarmasin 1/12/2015